Ada tiga macam pendidikan di Indonesia, yakni pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal misalnya Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sekolah Tinggi/Universitas/Institut. Pendidikan informal misalnya pendidikan dalam keluarga. Sedang pendidikan nonformal misalnya Lembaga Pendidikan Keterampilan, kursus-kursus dan sebagainya. Nah, MTs N Klirong yang termasuk pendidikan formal berdiri pada tahun 1970. Dahulu dengan nama Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 4 tahun yang didirikan oleh Bpk K.H. Margono Rustam dan yang sekaligus sebagai kepala madrasahnya. Kepala-kepala berikutnya adalah H. Abu Nawas (1975-1980), Drs. Romelan (1981-1984), Drs. Muh. Machsum (1984-1988), Drs. Dawud (1988-1992), Drs. Nasimun (1992-1999), H. Tholib (1999-2001), H. Ngazizi, BA (2001-2003), Drs. H. Ali Juraimi (2003-2005), Drs. Mohamad Makhi (2005-2010), H. Muchlas (2010-2013) dan Muhamad Siswanto, M.Pd.I (sekarang). Jadi umur MTs N Klirong sekarang 44 tahun.
Happy Birthday atau Hari Ulang Tahun (HUT) MTsN Klirong ini rencananya akan diperingati secara sederhana, dengan do’a bersama (Istighosah) dan memotong tumpeng yang dilaksanakan tanggal 26 Mei 2014 siang. Sedang hari jadi MTs N Klirong tanggal 26 Mei 2014 pagi. Hari itu juga dilaksanakan peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Isra Mi’roj Nabi Muhammad SAW. Mengapa HUT tahun ini sepi-sepi saja? Yang jelas MTsN Klirong sedang bersolek, dengan warna hijau muda dan hijau tua, biayanya tidak sedikit, juga perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana yang lain. Warna hijau adalah lambang damai, sejuk, makmur, aman, dan kondusif bagaikan di surga firdaus yang mengalir di bawahnya sungai yang baru dibronjong/dinding sungainya menggunakan batu-batu yang diwadahi keranjang kawat baja. Dapat kita lihat, betapa sejuknya MTsN kita, betapa bersihnya MTsN Klirong sekarang. Beda dari tahun-tahun sebelumnya. Hanya sayangnya, gedung yang sudah semakin cantik ini belum mampu menarik minat peserta didiknya untuk memasukkan/memarkir sepeda mereka di dalam lingkungan madrasah.
Ada apa gerangan?
Hal ini dimungkinkan karena tempat parkir siswa kurang memadahi. Mungkin dari segi keamanan maupun kenyamanan. Mereka tidak sayang uang. Ini terbukti mereka lebih suka menitipkan dengan membayar daripada parkir di sekolah yang gratis. Hanya 52 sepeda yang terparkir di tempat parkir. Karena itu, hendaklah madrasah memikirkan hal ini. Selanjutnya, untuk peserta didik kelas IX yang baru saja melaksanakan ujian nasional, semoga lulus 100% dengan nilai yang baik dan memuaskan. Kemudian dapat melanjutkan studinya pada jenjang yang lebih tinggi sebagai bekal di masa mendatang. Akan tetapi, jangan lupa pada MTsN Klirong. Caranya dengan memasukkan/ menyekolahkan adik-adik kalian di madrasah kita ini. Jaga nama baik MTsN Klirong, taati tata tertibnya. Insya Allah bermanfaat dan sukses dunia akhirat. Nabi bersabda “Barang siapa menginginkan dunia ya pakai ilmu. Barang siapa yang menginginkan akhirat ya pakai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya pakai ilmu.” Maka kedua-duanya harus diusahakan seimbang. “Carilah negeri akhirat namun jangan melupakan nasibmu di dunia dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S. Al Qashash : 77). Oleh karena itu, lingkungan MTsN Klirong yang sudah indah ini jangan dirusak, bahkan harus dijaga, dilestarikan keindahannya.
Macam pendidikan yang berikutnya adalah pendidikan informal. Pendidikan informal biasanya adalah pendidikan yang dilaksanakan di keluarga. Keluarga anggotanya adalah bapak, ibu, anak, kakek dan nenek. Bapak dan ibu sebagai pengurus inti merangkap anggota keluarga. Bapak sebagai manajer, dan ibu sebagai sekretaris dan bendahara keluarga, anak-anaknya adalah anggotanya. Bapak dan ibu harus bisa membawa anak-anaknya ke suatu tempat dan keadaan yang indah, sejuk, nyaman dan bahagia. Bapak dan ibu harus bisa menciptakan “Surga Firdaus” dalam lingkungan keluarga “BAITII JANNATII” (rumahku adalah surgaku) . Terlebih-lebih ibu, “Al Jannatu tahta aqdamil ummakat” yang artinya surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Kalimat atau penyataan nabi itu “surga” merupakan arti konotatif apa denotatif? Konotatif (kiasan)/bagaikan , sedangkan denotatif arti yang nampak/lahiriyah/konkret. Kalau arti lahiriyah, nyata, surga di telapak kaki ibu, coba kalau ibumu tidak pakai sandal barusan pulang dari kandang sapi. Ibu diminta mengangkat kakinya, kita lihat telapak kakinya dan dibawahnya, barangkali yang ada hanyalah telepong sapi yang nempel. Mungkin ibu bilang “ini bukan telepong biasa”. Maksudnya adalah baik buruknya, bahagia dan celakanya anak itu tergantung sejauh mana ibu melangkahkan kaki usahanya, menuju anak yang dicita-citakannya. Ibu sebagai pengarah, pembimbing, petunjuk pada anak-anaknya menuju cita-citanya. Betapa tingginya kedudukan orang tua (ayah dan ibu) sampai-sampai Nabi bersabda yang artinya “Setiap orang yang dilahirkan itu suci, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. Menurut pakar pendidikan John lock “Anak/bayi adalah kertas putih tanpa tulisan apa-apa” yang menulisnya adalah lingkungan. Oleh karena itu, anak-anak MTsN Klirong harus memperhatikan lingkungan. Carilah lingkungan yang baik, lingkungan yang religius (agamis), jauhi lingkungan yang tidak baik, tidak sehat, tidak mengamalkan ajaran agamanya (maksiat). Bentuk pendidikan berikutnya adalah pendidikan nonformal. Misalnya pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga swasta seperti kursus stir mobil, kursus bahasa Inggris, bahasa Jawa, kursus komputer, kursus Bahasa Arab dan lain sebagainya. Pendidikan ini penting juga untuk mempersiapkan diri di masyarakat pada masa yang akan datang. Bagi para lulusan MTsN Klirong tahun 2014 nanti semoga dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pondok Pesantren dan sebagainya. Kalaupun tidak dapat melanjutkan sekolah yang lebih tinggi tingkatannya, ya belajarlan pada diri sendiri untuk mempelajari kemampuan menerima perbedaan dengan teman-temannya. Akan tetapi, jangan melupakan usaha untuk mencari pengalaman kerja di masyarakat agar dapat membantu mencukupi kebutuhan keluarga, misalnya dengan berwiraswasta. Jangan lupa pula untuk mengamalkan ilmu yang telah diterima di MTsN Klirong, terlebih ilmu agamanya; sholat lima waktu yang rajin, membaca Al qur’an, rajin membaca dan mengamalkan kitab-kitab yang sudah dikaji. Insya allah, akan menjadi orang yang berguna di masyarakat. Amin ya Robbal ‘alamin.